MENYOAL PERTANYAAN DAN TANGGAPAN GIBRAN DALAM DEBAT CAWAPRES 22 DESEMBER 2023 - BAGIAN 2

Saat debat cawapres perdana, Jumat, 22 Desember 2023, Gibran  beberapa kali melontarkan pertanyaan yang nampaknya dirinya tidak tahu bahwa pertanyaannya salah atau ada kesalahan, namun sayangnya dia nampaknya tidak menyadari bahwa hal tersebut adalah salah. Pokoknya semua ini dilakukannya demi kelihatan keren karena melontarkan istilah-istilah dalam bahasa Inggris dan terkesan ilmiah, padahal ada kesalahan baik secara kaidah bahasa maupun secara etika. Bahkan lebih dari itu, nampaknya Gibran tidak tahu dengan apa yang ditanyakannya. Seandainya pun tahu tentang istilah yang digunakannya, tetap pertanyaan yang dilontarkan itu salah secara kaidah bahasa dan etika. dia salah dalam mengajukan pertanyaan. 

Dalam postingan saya ini, saya ingin mengangkat pertanyaan yang dilontarkan oleh Gibran kepada Muhaimin Iskandar atau yang biasa disapa dengan Cak Imin atau Gus Muhaimin (cawapres nomor urut 01).

Berikut ini adalah pertanyaan yang dilontarkan oleh Gibran kepada Gus Muhaimin dalam debat cawapres pada Jumat, 22 Desember 2023 :

"Terima kasih. Karena Gus Muhaimin ini, Gus Muhaimin ini adalah ketua, ketua umum dari partai PKB, saya yakin Gus Muhaimin ini paham sekali untuk masalah ini. Bagaimana langkah Gus Muhaimin untuk menaikkan peringkat Indonesia di SGIE. Terima kasih. S-G-I-E." 

Dari rangkaian kata dalam pertanyaan yang diajukan oleh Gibran, nampaknya Gibran lebih ingin menjatuhkan lawan debatnya alih-alih pada adu gagasan. Hal ini tampak pada mengawali pertanyaan dengan menyebut kapasitas dari lawan debatnya dengan sebagai ahlinya atau pasti tahu tentang masalah yang akan ditanyakan. Jika lawan debatnya tidak mampu menjawabnya maka ini artinya dirinya akan tampak lebih ahli dari lawan debatnya.

Hal yang sama dilakukan Gibran ketika melontarkan pertanyaan kepada Prof. Mahfud MD dalam debat cawapres tersebut yang mengawali dengan menyebut Prof. Mahfud adalah ahli hukum. Silahkan klik link berikut ini untuk membaca tulisan saya yang menyoal pertanyaan dan tanggapan Gibran dalam Debat Cawapres 22 Desember 2023 - Bagian 1https://gerilyawanganjarpranowo.blogspot.com/2023/12/menyoal-pertanyaan-dan-tanggapan-gibran-dalam-debat-cawapres-perdana-bagian-1.html

Di mana letak persoalan dari pertanyaan yang dilontarkan oleh Gibran ?

PERTAMA, secara kaidah bahasa Indonesia, sebuah singkatan dalam bahasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris, haruslah dilafazkan dalam ejaan bahasa Inggris juga. Hal ini supaya orang mengetahui bahwa kepanjangan singkatan itu adalah dalam bahasa Inggris.

Sebagai contoh, kita membaca singkatan LPG bukan el-pe-ge, melainkan el-pi-ji. Ini karena kepanjangan LPG adalah dalam bahasa Inggris. Demikian juga misalnya, kita membaca singkatan UNESCO bukan u-nes-co, melainkan yu-nes-ko. Ini karena kepanjangan UNESCO adalah dalam bahasa Inggris. 

Jadi, ketika Gibran menyebut singkatan SGIE dalam ejaan bahasa Indonesia, maka besar kemungkinan lawan debat akan menyangka itu adalah singkatan dari sebuah kalimat dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi kurang dimengerti oleh lawan debatnya.

Dengan kata lain, Gibran mengabaikan kaidah bahasa Indonesia dalam menyebut sebuah singkatan dalam bahasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris.

KEDUA, secara etika, ketika seseorang mengajukan sebuah pertanyaan, dia harus memastikan bahwa pertanyaannya itu telah dipahami oleh lawan bicaranya, dalam hal ini lawan debatnya, karena debat capres-cawapres ini adalah lebih adu dan mengeksplorasi gagasan, bukannya adu kosakata.

Namun mengapa Gibran memilih tidak menjelaskan tentang singkatan SGIE di mana pengucapannya pun sesungguhnya salah dari kaidah bahasa Indonesia ?

Ini karena tujuan Gibran lebih pada menjatuhkan lawan debatnya dan menampakkan lawan debatnya yang diperkenalkannya sebagai ahli adalah lebih bodoh darinya.

KETIGA, secara teknis, ternyata singkatan yang disampaikan oleh Gibran, yaitu S-G-I-E, sedikit salah secara teknis, sebagaimana yang disampaikan oleh Prof. Dr. Muhammad Syafii Antonio, pakar ekonomi syariah di Indonesia, sebagaimana yang dapat disaksikan dalam video di bawah ini.

Jadi, seharusnya, singkatan yang dilontarkan adalah SGIER (State of the Global Islamic Economy Report), bukannya SGIE (State of the Global Islamic Economy). Seandainya pun mau menggunakan singkatan SGIE, maka ditambahkan kara report sehingga menjadi SGIE Report. Mungkin dengan menambahkan kata report maka akan menjadi lebih dimengerti maksudnya.

Seandainya saja Gibran mau menyebutkan kepanjangan SGIE dalam pertanyaan yang dilontarkan kepada Gus Muhaimin, maka mungkin kita akan dapat mengetahui juga tentang gagasan Gibran terkait upaya menaikkan peringkat Indonesia dalam SGIE Report. Sayangnya, kita menjadi tidak tahu akan gagasan Gibran tersebut karena waktu debat sudah dihabiskan untuk membahas kepanjangan dari SGIE daripada substansi dari SGIE Report.

KEEMPAT, ketika Gibran mengatakan "Mohon maaf ya kalau pertanyaannya terlalu sulit ya Gus.", maka di sinilah kita menjadi lebih tahu tentang karakter dan kepribadian Gibran serta tujuan debatnya.

Tujuan utama Gibran lebih pada menjatuhkan lawan debatnya alih-alih lebih pada adu gagasan. Dan ketika menilai bahwa pertanyaannya terlalu sulit, ini menunjukkan bahwa Gibran kurang memperhatikan adab dan sombong. Pertanyaannya itu sesungguhnya bukanlah pertanyaan yang sulit, seandainya saja mau mengacu pada substansinya yaitu menaikkan peringkan Indonesia dalam SGIE Report, apalagi untuk orang sekelas Gus Muhaimin. Hanya saja, di sini kan hanya masalah singkatan yang tidak dimengerti apa kepanjangannya.

Dan saya juga mempertanyakan tentang aturan debat yang dibuat oleh KPU. Saya masih ingat sekali ketika Jokowi mengajukan pertanyaan tentang stunting yang tidak dimengerti oleh Prabowo. Dalam debat tersebut, Prabowo juga bertanya tentang definisi stunting. Dan moderator atau aturan KPU saat itu memperkenankan Jokowi untuk menjelaskan tentang stunting secara singkat.

Moderator yang tidak mengijinkan Gus Muhaimin bertanya tentang kepanjangan SGIE kecuali sesi waktu untuk menjawab dinyatakan habis atau selesai membuat masalah dan pembahasan tentang hal tersebut secara substantif tidak tereksplorasi lebih lanjut.

Demikianlah, penjelasan dan komentar saya dari pertanyaan yang dilontarkan oleh Gibran kepada Gus Muhaimin dan tanggapannya. Di sinilah saya semakin tahu tentang karakter dan kepribadian Gibran. Dan semua pengamatan dan analisa saya, semakin yakin bahwa saya tidak mendukung dan memilih Prabowo di mana banyak yang mendukung dan memilih Prabowo karena Gibran, dan mendukung Prabowo - Gibran karena Jokowi.

Sebagaimana yang saya sampaikan juga di atas, ketika Jokowi mengajukan pertanyaan tentang stunting kepada Prabowo dalam debat capres yang lalu, Jokowi juga tidak menekankan substantif, melainkan untuk lebih membuat lawan debat terlihat bodoh karena tidak tahu apa itu stunting.

Ingat, janganlah kehilangan substansinya dalam menilai debat, debat itu lebih adu gagasan, bukan adu kosakata apalagi singkatan. Dalam debat, kita bukan hanya tahu tentang kecerdasan intelektual seseorang, melainkan juga karakter, kepribadian dan kecerdasan emosionalnya. 


Salam Cerdas Bernalar dan Bersikap,


Max Hendrian Sahuleka

No comments:

Post a Comment

  • SHARE