MENYOAL PROGRAM MAKAN SIANG DAN SUSU GRATIS PRABOWO-GIBRAN [ BAGIAN 1 ]

MENYOAL PROGRAM MAKAN SIANG DAN SUSU GRATIS PROGRAM PRABOWO - GIBRAN

Setiap capres dan cawapres berkampanye menyampaikan program-program atau janji-janjinya, maka kita harus uji kerasionalitasannya dan keefektivitasannya.

Jika janji-janjinya tidak rasional, maka sebagai makhluk yang rasional, kita harus menolak atau tidak mendukung atau tidak memilihnya.

Seandainya dianggap masih rasional, maka sebagai manusia yang menjunjung tinggi prinsip efektivitas, sebagaimana yang disampaikan oleh Stephen Covey, kita harus menguji seberapa efektifnya suatu program yang dilontarkan. Jika tidak efektif, maka kita harus menolak atau tidak mendukung atau tidak memilihnya.

Dalam tulisan saya bagian pertama tentang "Menyoal Program Makan Siang dan Susu Gratis Program Prabowo-Gibran" ini, saya ingin menganalisis dari sisi kerasionalitasan program tersebut, terutama dari sisi anggaran.

Dalam acara acara peluncuran dan pemaparan rekomendasi kebijakan umum Prabowo dan Gibran bertema Cita-cita Penerus Negeri di Kemang, Jakarta Selatan, pada Rabu, 13 Desember 2023, Ketua Dewan Pakar TKN Prabowo-Gibran, Burhanuddin Abdullah, memaparkan perincian terkait data penerima manfaat makan siang dan susu gratis apabila pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka terpilih pada Pemilu 2024.

Burhanuddin menyatakan akan ada 82,9 juta warga menerima manfaat makan siang dan susu gratis. Burhanuddin memprediksi, dengan jumlah tersebut, biaya yang dibutuhkan senilai Rp 1 triliun per hari.

Ada beberapa catatan saya dari paparan Burhanudin ini tentang makan siang dan susu gratis dari program Prabowo-Gibran :

PERTAMA, jika Rp 1 triliun dibagi dengan 82,9 juta warga yang menerima manfaat makan siang dan susu gratis, maka kita akan dapat nilai rata-rata Rp 12.062,73.

Marilah kita berpikir rasional dengan mengacu fakta lapangan. Dengan uang Rp 12.062,73, menu makan siang dan susu seperti apa yang akan diperoleh masyarakat ?

KEDUA, jika anggaran makan siang dan susu gratis per orang lebih dari Rp 12.062,73, ini artinya anggaran yang dibutuhkan lebih dari Rp 1 triliun per hari.

Jika asumsinya, menu makan siang dan susu gratis yang layak dan menarik bagi masyarakat adalah Rp 20.000 per orang, ini artinya anggaran yang dibutuhkan adalah Rp 1,658 trilun per hari.

Jika asumsinya per tahun sebagaimana dikatakan oleh Burhanuddin adalah Rp 300 triliun, ini artinya hari efektif per tahun adalah 300 hari. Dan jika memakai asumsi Rp 20.000 yang dianggarkan untuk tiap penerima makan siang dan susu gratis, ini artinya dalam 1 tahun menghabiskan anggaran Rp 497,4 triliun. Dan jika program ini dijalankan selama masa pemerintahan yaitu 5 tahun, maka anggaran yang dibutuhkan adalah Rp 2,487 triliun.

KETIGA, jika pendapatan negara (mengacu pada APBN tahun 2023) adalah 2.463 triliun, ini artinya sekitar 20% sudah dihabiskan untuk program makan siang dan susu gratis. Sebuah prosentase yang sangat tinggi.

Tinggal pertanyaan selanjutnya, apakah program ini merupakan program yang efektif untuk membawa Indonesia menuju Indonesia Emas pada tahun 2045 ?

----------

KESIMPULAN : SEBUAH RENUNGAN

Menurut Anda, anggaran Rp 12.062,73 per orang untuk makan siang + susu gratis adalah angka yang rasional ? Jika dianggap rasional, menu makan siang dan susu seperti apa yang dapat disajikan ?

Jika anggarannya ditingkatkan, ini artinya ada pos lain yang harus dikurangi untuk menutupi besarnya anggaran program makan siang + susu gratis.

Jika program makan siang + susu gratis ini tetap dijalankan, apakah akan memperoleh hasil seperti yang diharapkan yaitu membawa Indonesia mencapai Indonesia Emas pada tahun 2045. Setidak-tidaknya, apakah program makan siang + susu gratis ini adalah program paling jitu untuk membawa Indonesia mencapai Indonesia Emas pada tahun 2045.

Menurut saya, program makan siang dan susu gratis yang menghabiskan anggaran yang luar biasa ini merupakan program yang tidak efektif.

Manusia efektif akan berpikir efektif, membuat keputusan yang efektif dan bertindak efektif.

Ketika berulang kali, baik Prabowo maupun Gibran mengedepankan program makan siang dan susu gratis sebagai program andalannya, ini menunjukkan bahwasannya mereka adalah manusia yang tidak efektif.

Manusia yang tidak efektif akan melakukan berbagai cara yang tidak efektif bahkan hingga melanggar etika.

Dan jika bangsa dan negeri ini dipimpin oleh manusia yang tidak efektif maka yang terjadi adalah kemunduran bahkan kehancuran.

Itulah mengapa saya tidak mendukung Prabowo-Gibran.

Dalam tulisan saya selanjutnya, saya akan membahas tentang ketidakefektifan dari program makan siang dan susu gratis ini.


Salam Cerdas Bernalar dan Memilih.


Max Hendrian Sahuleka

----------

Referensi :





No comments:

Post a Comment

  • SHARE